Di situasi pandemi saat
ini rasanya rebahan adalah bagian dari aktivitas harian yang kita lakukan
sepanjang hari. Ingin melakukan ini itu, tapi rasanya mager banget, ya gak sih?
Tapi setelah sekian lama rebahan membuat diri ini tertekan juga rasanya, akan
banyaknya waktu yang terbuang ketika orang lain tetap bisa melakukan hal
produktifnya. Hal ini perlahan membuatku memang harus “memaksa” di awal untuk
mencoba jalani hari dengan produktif. Kali ini, aku ingin coba untuk mereview
buku yang baru saja habis kubaca setelah ENTROK! Yap, bukunya Kak Gita Savitri
yang berjudul “A Cup of Tea” a.k.a BACOT kata Kak Gita, hehe!
Sederhananya, buku A
Cup of Tea ini adalah kumpulan berbagai kisah Kak Gita, sama seperti buku
sebelumnya, Rentang Kisah. Banyak sekali hal yang dapat kita ambil dari berbagai
kumpulan cerita Kak Gita di buku ini, berbagai pengalamannya yang unik hingga
duka akan hidupnya. Polesan sederhana dari setiap perjalanannya yang mampu
membawa arti akan berbagai pemikiran realistis hidup ini. Darinya, kita gak
perlu mengalami kejadian untuk mengambil hikmah dari hidup ini. Karena melalui
cerita-ceritanya banyak hikmah yang sudah dapat kita tanamkan akan hidup ini
yang secara gak langsung seakan kita ngalamin sendiri, tentang pengalaman untuk
mendengarkan, cyber bullying, being
introvert, dan bangkit dari berbagai jatuhnya hidup ini.
“Gue
lebih tertarik dengan 12 peraturan dalam hidup ini ala Jordan Peterson,
terutama peraturan nomor 4: Compare
yourself with who you were yesterday, not someone else today.”- salah
satu kutipan yang aku ambil dibukunya.
Aku tertarik banget
dengan quotes tersebut yang walaupun bukan kata Kak Gita, setidaknya dia
menyalurkan kata itu kepada pembaca, mengingatkan kita emang gak seharusnya
kita membandingkan diri kita dengan orang lain, tapi bandingkanlah kita diri
kita dari hari-hari sebelumnya. Lihat kurva kepositifan yang kita jalani,
apakah semakin meningkat yang artinya baik? Atau malah semakin turun? Hal itu
menampar diriku banget untuk menjalani hari dengan evaluasi itu sangat penting.
Disamping itu, melalui
buku ini Kak Gita juga menjelaskan ya akan dirinya yang sempat nge-down karena para netizen yang ngejudge
dirinya. Betapa kata mampu menjatuhkan bahkan membunuh orang lain, isu bunuh
dirinya Sulli, artis Korea pun menjadi salah satu bagian dari opini yang ia
bangun dalam buku ini, akan pentingnya untuk kita bersama sadar, bahwa kita
manusia, tidak ada yang sempurna. So,
just be who you’re!
Pada intinya, melalui
buku ini Kak Gita berhasil membuatku untuk jadi jauh lebih dewasa dengan
berbagai pengalaman yang ia tuangkan, gak berat, namun berarti. Bagi kalian
anak muda coba deh baca bukunya, untuk mengambil berbagai hikmah! Sebagai
penutup, Cuma ingin nyampaikan bahwa Kak Gita semangat! Gak segelintir orang yang
tetap mensupport kakak! Walaupun diluar sana banyak netizen yang ngebully,
percayalah masih banyak yang akan mensupport Kak Gita. Karena setiap manusia
berhak untuk dimaafkan dan menjadi jauh lebih baik bersama untuk dunia.
Mungkin itu kesempatan
sharing melalui blog kali ini. Bagi temen-temen, yuk productive on quarantine time! J